May 29, 2009

Wirid Al-Hikmah


Ya Allah ya Hayyu ya Qoyyumu Ya Adhimu Ya Robbal 'alamin
Qoyyumu yarzuku manyasya'ul quwwah
Ilaahi anta maqsudi waridloka mathlubi
Waufawwidu amri ilallah

May 28, 2009

Masalah Wirid Dalam Al-Hikmah

Wirid, silahkan anda baca sebanyak-sebanyaknya karena itu untuk kekayaan akhirat. Wirid artinya adalah doa, doa itu ibadah. Namanya doa adalah ; shalat, shalawat, tasbih, tahmid, dzikir, baca Al-Qur’an. Doa untuk kekayaan akhirat, sedangkan Ibadah yang dibayar tunai itu adalah doa, sodakoh, zakat, zakat fitrah, nafkah anak istri, infak, memberikan nafkah kepada kedua orang tua yang miskin adalah wajib, sedangkan kepada kedua orang tua yang mampu adalah sunah, ibadah sodakoh sunah jariyah fakir miskin. Maka kalau ingin kaya di akhirat ibadah ini harus diperbanyak. Kalau takut miskin ingin kaya sungguh-sungguhlah dalam berusaha, artinya kalau ingin ke surga takut ke neraka, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah. Tidak akan kaya usaha di dunia kalau tidak dibarengi dengan ilmunya, artinya dari ibadah tadi diambil barokahnya kalau ilmu ingin manfaat.

Wirid : Itu adalah Ijma atau Qiyas ulama dititipkan sama yang mengamal Al-Hikmah, karena para ulama mengetahui kelemahan kelemahan kita, dikasih wiridpun tidak ingat sama Allah S.W.T., apalagi tidak kasih wirid, namun wirid tersebut harus diamalkan karena wirid dan ngamal itu beda. Wirid adalah ucapan atau omongan, sedangkan ngamal itu adalah ucapan yang disertai dengan pelaksanaan. Kalimat amal itu berasal dari bahasa arab yang artinya kerja. konon riwayatnya dari rasulullah ke anas bin malik satu riwayat ke abi yashar satu riwayat ke abi umamah dua riwayat namun kesimpulan tiga sahabat empat riwayat barang siapa sering membaca doa tersebut akan diangkat derajatnya diakhirat barang siapa membaca doa tersebut diatas tadi dipakai maksiat kemudian berhasil itu khadamnya syetan, karena tukang santet apabila ingin menyantet membaca shalawat untuk menundukan jin yang diperintahnya, maka kita mengusirnya pun harus dengan membaca shalawat. Riwayat wirid pada mulanya simpang siur.

Karena pada zaman Abah H. Syaki, beliau tidak dikasih wirid atau doa oleh Pak Toha. Sedangkan pada waktu itu Abah sering pergi keluar. Ketika Abah sedang tidak dirumah, datang tamu yang dilayani oleh bapaknya atau adiknya, yang akhirnya kalau ditanya masalah wirid dikasih sembarangan contoh : bahasa jawokan. Anggapan para tamu adalah bahwa Abah H. Syaki dapat ilmu dari bapaknya, padahal Abah H. Syaki justru membina atau merawat tetangganya terlebih dahulu dilanjutkan adiknya (H. Surnita) lalu bapaknya (Abah Sartawi). Dari situlah wiridan simpang siur. Setelah saya (H. Iskandar) terjun ke Al-Hikmah wiridan Al-Hikmah baru dibenahi.


Sumber :
http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf

Al-Hikmah dan Hubungannya Dengan Khodam

Kita sebagai ikhwan/akhwat Al-Hikmah harus bisa membedakan, mana khadam soleh dan mana khadam salah. Karena diambil dari beberapa riwayat, jangankan benda mati, setiap benda yang lahirpun diberi khadam oleh Allah S.W.T. yaitu sebanyak sepuluh Malaikat, namun direbut oleh segerombolan syetan. Contohnya seperti setiap bayi yang baru lahir di sunahkan untuk di azdanin, tujuannya untuk mengusir syetan supaya Malaikat lebih dekat. Maka kita harus bisa membedakan mana khadam soleh dan mana khadam salah. Contoh yang paling gampang, apabila kita banyak beribadah maka jelas itu khadamnya adalah Malaikat yang sepuluh. Sebaliknya apabila kita banyak berbuat maksiat maka khadamnya adalah syetan. Jika memakai benda berupa ajimat kemudian dipakai untuk ibadah, maka khadamnya adalah Malaikat yang sepuluh. Begitu juga sebaliknya jika dipakai berbuat maksiat dan berhasil, maka ajimat tersebut khadamnya adalah syetan. Karena syetan menginginkan kita supaya kita lebih banyak berbuat maksiat. Jadi yang disebut dengan khadam soleh, khadamnya adalah Malaikat, sedangkan khadam salah, kadamnya adalah syetan. Konon sering ada kejadian, jika ajimat yang dari Al-Hikmah dibawa maksiat, maka pada terbang, mungkin khadam ajimat tersebut adalah sepuluh Malaikat, tetapi khadam tersebut bukan dari penulis ajimat tersebut, kemungkinan khadam yang pada diri masing-masing yang memakai ajimat itu.

Tapi jika ajimat tersebut dipakai maksiat tidak terbang dan berhasil, maka khadam ajimat tersebut adalah syetan yang ada pada diri masing-masing pemakai ajimat tersebut. Saya ngambil pengalaman banyak sekali Pembina atau Perawat Al-Hikmah atau anggota Al-Hikmah merasa kedatangan Pak Toha, Abah H. Syaki, atau kedatangan H. Iskandar ketika sedang wirid ditengah malam, dia punya pendapat atau perasaanya itu orang tua beneran padahal mutlak itu adalah syetan menyerupai sang guru? Karena anggota tersebut sedang idola kepada gurunya setelah terpengaruhi karena dianggap gurunya, nanti sama syetan di sasarkan itulah tipuan syetan. Karena saya pribadi atas nama ikhwan Al-Hikmah sebagai murid Abah H. Syaki saya tidak senang dan tidak ridho guru besar saya sekaligus orang tua saya dijadikan marakhayangan (penampakan), sedangkan saya dan yang lainnya setiap saat setiap waktu memohonkan ampun kepada Allah S.W.T. supaya diberikan rahmat. Memang ada pesan dari seluruh guru, dimana kesulitan ingatlah guru bukan menghadirkan guru. Dan supaya lebih mengerti, hati-hatilah terhadap masalah khadam. Barang siapa dirinya merasa mengIslamkan jin anak buah syetan, syetan anak buah iblis orang tersebut sudah ketipu, Allah S.W.T. berfirman dalam ( QS Al-Baqarah ) yaitu : Dulu riwayatnya iblis minta tolong sama nabi Musa. Kata iblis wahai nabi Musa aku ingin masuk ke surga coba tolong tanyakan kepada Allah apa yang harus aku lakukan? Nabi Musa menjawab : bohong kamu, sampai empat kali. Iblis menjawab: benar, sampai empat kali Nabi Musa bertanya kepada Allah : Ya robbi, iblis ingin ke surga apa yang harus mereka lakukan? Allah menjawab : bohong, sampai empat kali. Akhirnya Allah memberi cara dengan kalimat “kalau iblis ingin masuk kesurga ia harus sujud dikuburan nabi Adam as. Nabi Musa menjawab: untung dan enak amat si iblis. Akhirnya nabi Musa menghadap iblis dan menyampaikan apa yang di katakan oleh Allah. Kemudian iblis berangkat menuju kekuburan nabi Adam as, ditengah perjalanan iblis berkata “hina amat gue kalau sampai sujud di kuburan nabi Adam as. yang telah menjadi mayat, sedangkan waktu dia hidup gue ogah untuk sujud” Maka turunlah ayat : “aba was takbaro” yang artinya : Si Iblis adalah pembohong yang paling besar”, istilah penyakit tidak ada obatnya. Lengkapnya apabila anak buah iblis menggoda manusia tidak berhasil maka kaki dan tangannya diikat lalu di buang kesamudera tidak dibuka sampai hari kiamat nanti dan bagi kita menurut keterangan hukum jangan pernah pelihara jin, karena tidak dipeliharapun jin sudah banyak disekeliling kita. Syetan menggoda manusia dengan cara baik setelah terpengaruh atau dikuasai baru disasarkan. Allah S.W.T tidak akan berbisik kepada manusia yang berbisik kepada manusia adalah syetan. Itulah yang menjadi patokan supaya kita jangan sampai tertipu oleh syetan, maka turun ayat : artinya :” aku berlindung kepada allah dari godaan syetan yang terkutuk” Kamu tidak akan mampu melawan syetan karena syetan mempunyai kesaktian hanya dengan pertolongan-Ku (Allah) bisa mengalahkannya untuk lebih lengkapnya boleh di pelajari dari riwayat lain yang lebih lengkap.


Sumber :
http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf

Tentang Ilmu Al-Hikmah

Bohong Al-Hikmah tidak ada biayanya karena dulu setiap orang yang mau belajar ilmu Al-Hikmah membawa susu, pisang ambon, kopi, rokok, biskuit dan lain-lain. Itu simbol yang artinya setiap orang yang mau belajar ilmu Al-Hikmah kena sumpah harus sanggup melaksanakan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup menjauhi segala larangan-Nya, susu melambangkan harus syukur menerima manis, pisang ambon melambangkan bayi, maksiat yang dulu harus ditinggalkan atau ditobati, kopi melambangkan harus siap menghadapi pahit. Karena syarat-syarat tersebut dianggap Bid’ah, maka dengan ridho guru dihilangkanlah kebiasaan tersebut, padahal faedahnya apabila selesai latihan dapat minum susu, sedangkan kalau lapar ada makanan. I

lmu Al-Hikmah yang bergerak di tangan syaratnya apabila melipat satu jari maka harus puasa selama satu bulan, sedangkan apabila melipat sepuluh jari maka puasanya selama sepuluh bulan, kalau tidak sanggup puasa, maka harus bayar (mud) pada fakir miskin. Hal tersebut tersebut dihilangkan oleh guru, maka tidak ada puasa. Namun rata-rata manusia rugi dan salah yang berawal dari keliru paham, contoh : apabila ada orang yang maju itu sebetulnya membantu, tapi tidak untuk orang yang keliru paham. Mereka mengganggap orang-orang yang maju sebagai penghalang, akibatnya timbul sifat hati hasud, sedangkan hasud dan maksiat itu berbeda. Hasud itu membakar seluruh amal ibadah kita baik doa maupun sodakoh sampai hancur tidak ada debunya. Tolong hindari sifat hasud tersebut. Sedangkan maksiat dapat menghabiskan amal ibadah kita tergantung dari besar kecilnya, maka saya himbau khususnya kepada seluruh anggota Al-Hikmah, umumnya kepada muslimin/muslimat hindari sifat hasud dan maksiat jika ingin kaya atau selamat diakhirat.


Al-Hikmah cara menggunakannya harus dengan praktek bukan dengan wirid contoh : ada barang kita dimasryk atau dimaghrib barang tersebut lupa di kunci atau di tinggal di luar rumah. Kita bisa mengeraskan perut dan bayangkan barang tersebut, namun kekuatannya yang disebut titipan hanya 24 jam, kalau sudah 24 jam harus dititip kembali. Contoh nyata : ada ikhwan Al-Hikmah dari Jasinga yang mempunyai toko di Tanah Abang, setelah pulang dari toko ke rumah baru ingat kalau tokonya belum dikunci, langsung dibayangkan toko tersebut dari rumah sambil perut dikeraskan dan kebetulan didalam toko tersebut sudah ada maling. Besok harinya ketika dia sampai di toko ternyata didapatinya si maling sudah kaku seperti patung.


Sumber :
http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf

May 27, 2009

Tata Cara dan Peraturan Dalam Ilmu Al-Hikmah

Tata Cara dan Peraturan Dalam Ilmu Al-Hikmah

Ilmu Al-Hikmah tidak lepas dari hukum syara dan riwayat Nabi Muhammad S.A.W, contohnya walaupun sudah lincah atau mahir di Al-Hikmah jika belum punya istri tidak boleh di syahkan ngajar atau jadi pembina Al-Hikmah. Bila ada orang yang belum punya istri ternyata sudah mengajar Al-Hikmah, orang itu berarti telah melanggar peraturan Al-Hikmah. Dan bagi orang yang telah melanggar peraturan sebagaimana yang telah di tetapkan Al-Hikmah, maka dia akan menghadapi resikonya masing-masing. Dasar dalilnya adalah, nabi Muhammad S.A.W. belum dicap kenabian sebelum menikah dengan Siti Khadijah, itulah patokan menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah dan tidak lepas dari hukum syara seluruh gerak-gerik dan tindak-tanduk Al-Hikmah.

Menurut sebuah pengalaman, ada seorang ikhwan yang belum mempunyai istri tapi ingin buru-buru menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah. Akhirnya ikhwan tersebut menikahi seorang janda dan setelah beberapa bulan di syahkan menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, si janda itu pun langsung diceraikannya. Dengan kalimat resiko masing-masing, maka dia mendapatkan masalah sendiri. A. Tata cara ingin belajar ilmu Al-Hikmah, yaitu : 1. Aqil Baligh, itupun kalau sanggup mengerjakan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup meninggalkan segala larangan-Nya. 2. Bersih dari Hadast besar dan kecil. seandainya anak dibawah umur mau belajar ilmu Al-Hikmah, hukum bai’atnya harus diserahkan/diamanahkan kepada orang tua yang mengantarkan mereka, dalam hal ini apabila mereka sudah baligh atau dewasa, hukum bai’atnya harus disampaikan oleh orang tuanya dan apabila ada kegagalan setelah masuk Al-Hikmah, misalnya dengan berzina (jima’) dengan orang yang belum dinikahi maka mereka harus menunggu selama delapan tahun dengan cara baik-baik dalam arti bertobat dahulu. Dari beberapa pengalaman yang sudah terjadi seperti diatas, ada ikhwan mengadu ke Pembina atau Perawat Al-Hikmah, kemudian pengaduan tersebut ditanggapi dengan jawaban hanya disuruh mandi besar (junub) akhirnya ikhwan tersebut dirawat kembali.

Pengalaman tersebut resikonya menimpa diri masing-masing ikhwan dan Pembina atau ilmu tidak manfaat, sedangkan ada hadist Rasul yang berisi ancaman yang berbunyi : yang artinya : “siksaan yang paling berat bagi manusia dihari kiamat adalah mereka yang punya ilmu tetapi tidak bermanfaat, maha suci Allah S.W.T. “ 3. Mampu mengeraskan perut. Tolak ukur dari pendidikan ilmu Al-Hikmah, tergantung dari cara mengeraskan perut. Kalau cara mengeraskan perutnya kurang keras, maka kurang puas hasilnya, namun apabila mengeraskan perutnya keras seperti batu, berbicara dan bernafas tidak terganggu serta badan tidak kaku, maka akan lebih puas hasilnya.

Menurut ucapan guru kita Abah H. Syaki, “wajib mengeraskan perut sambil menganggukkan kepala”. Adapun cara melatih untuk mengeraskan perut adalah membiasakan diri terlebih dahulu mengeraskan perut setiap ingin minum, makan, mandi dan tidur. Ini untuk memancing kebiasaan kita sehingga menjadi reflek terhadap hal-hal mengejutkan yang bersifat mengandung bahaya. Contoh : Perut terlebih dahulu dikeraskan, ketika kita ingin minum. Hal ini untuk mengantisipasi apabila minuman tersebut mengandung racun, maka Insya Allah gelasnya akan hancur. Begitu juga halnya ketika kita ingin makan, apabila didalam makanan tersebut mengandung barang yang haram maka makanan itu tidak bisa diambil. Dalam hal ini muncul pertanyaan, “Bagaimana kalau gelasnya terbuat dari plastik atau kaleng yang tidak bisa hancur ? ” maka jawabannya, “Gelas tersebut tidak akan pecah tetapi tidak bisa diambil”. Apabila ada seorang ikhwan Al-Hikmah yang di pukul, walaupun sudah mengeraskan perut ternyata masih bisa kena. Itu mencontohkan, bahwa tidak setiap Islam masuk surga. Kemudian apabila di pukul kena tapi tidak merasakan sakit dan badan tidak terluka, itu mencontohkan bahwa orang Islam ahli ibadah tetapi bukan ahli surga. Tehnik penggunaan ilmu Al-Hikmah adalah setiap menggunakannya hanya dengan mengeraskan perut sambil menyebut nama Allah (Allahu Akbar), tanpa harus terlebih dahulu membaca wirid, karena ilmu Al-Hikmah bukan Hijib. Atas dasar itulah guru kita Abah H. Syaki berpesan kepada seluruh Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, diwajibkan untuk terlebih dahulu mendidik muridnya bagaimana cara mengeraskan perut dan tidak boleh diijajahkan ilmu Al-Hikmah sebelum muridnya benar-benar bisa. B. Peraturan dalam mempelajari ilmu Al-Hikmah, yaitu : 1. Harus Islam, yaitu Islam yang sanggup menjalankan segala perintah Allah S.W.T dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika tidak cukup syarat menurut hukum syara, maka batal (tidak boleh). Contoh : Orang luar Islam dirawat masuk Al-Hikmah, kenapa demikian karena mengutip dari ayat Al -Qur’an (Qs. : ) Barang siapa Pembina atau Perawat Al-Hikmah merawat diluar Islam, maka tunggu kehancurannya. Menurut riwayat, sebelum Pak Toha meninggal beliau sudah mengesahkan Pembina atau Perawat 60 orang termasuk Abah H. Syaki setelah diperhatikan oleh Abah H. Syaki diantara 60 orang kebanyakan ngerawat diluar Islam, dari situlah Abah H. Syaki berpikir dan berprinsip tidak mau sama-sama diakhirat nanti bersama orang-orang diluar Islam. Abah H. Syaki memisahkan diri dari SINLAMBA karena singkatan SINLAMBA (saudara lahir batin) artinya bersatu dari dunia sampai akhirat, umpamanya ke neraka ke nerakalah semua, kalau ke surga ke surgalah semuanya, itulah pepatah Pak Toha guru besar kita, maka yang terjadi Abah membentuk nama asosiasi KSBPI.

Setelah goyang dan bubar KSBPI tersebut maka Abah istikhoroh turunlah nama Al-Hikmah, maka sampai sekarang ilmu tersebut dinamakan ilmu Al-Hikmah. Sehingga ada julukan kata di mana di sebut Abah H. Syaki itu adalah Al-Hikmah dan begitu juga sebaliknya. Kenapa hasil istikhoroh turun Al-Hikmah? Karena sesuai dengan tingkah laku Abah H. Syaki yang bersifatkan amar ma’ruf nahi mungkar. 2. Jika ada ikhwan/akhwat Al-Hikmah yang melakukan zina, maka harus bertahan selama delapan tahun untuk tidak dirawat dulu. Setelah melewati masa delapan tahun, maka silahkan ikhwan/akhwat tersebut dirawat kembali dan ini adalah peraturan dalam ilmu Al-Hikmah. Jika sebelum delapan tahun ikhwan/akhwat tersebut memaksa ingin dirawat kembali, kemudian Pembina atau Perawatnya mengabulkan permintaan ikhwan/akhwat tersebut, maka resikonya akan menimpa si ikhwan/akhwat dan Pembina atau Perawatnya. 3. Jika ada seorang akhwat ingin belajar ilmu Al-Hikmah, sedangkan akhwat tersebut sudah mempunyai suami, maka Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari suami akhwat tersebut. Hal ini untuk mencegah fitnah yang akan timbul dikemudian hari. Tolong patuhi peraturan-peraturan yang terdapat dalam ilmu Al-Hikmah, pertahankanlah amanat guru jangan sampai resiko menimpa diri kita masing-masing. Itulah pandangan saya atau pengalaman saya terhadap perkembangan ilmu Al-Hikmah yang semakin merosot dan tidak bermanfaat. C. Adab Menerima Tamu non Muslim atau diluar Islam. Cara menerima tamu non muslim atau diluar Islam, apabila minta obat karena sakit atau minta syarat usaha itu boleh, asal jangan dikasih kekuatan, alasannya karena pada suatu saat nanti apabila terjadi perang antar agama, takut membahayakan kita. Konon riwayatnya pada zaman nabi Ibrahim pada waktu itu ada seorang raja kafir bilang jangan ikut agama Ibrahim karena agamanya susah dan nabi Ibrahim tidak menyembah api maka di akhirat nanti akan di bakar oleh api menurut raja kafir. Maka mereka menyembah api dengan kenyakinan bahwa api neraka akan jinak. Tetapi dari zaman nabi Adam sampai hari kiamat nanti tidak setiap orang kafir itu kaya dan tidak setiap orang Islam itu miskin, itulah perjalanan dunia yang telah diatur oleh Allah S.W.T. Namun tiba-tiba nabi Ibrahim kedatangan seorang kafir yang miskin, nabi Ibrahim tersinggung oleh perkataan raja kafir tadi kemudian nabi Ibrahim mengusir orang kafir yang miskin tadi, tetapi tidak mau pergi akhirnya nabi Ibrahim yang pergi. Di tengah perjalanan Nabi Ibrahim mendapat teguran Allah S.W.T. dengan mengutus malaikat Jibril untuk berkata : “kamu hanya disuruh menyampaikan amanat tapi kenapa kamu marah, sedangkan Aku (Allah) sudah memberikan Rizki kepada mereka (orang-orang kafir) namun mereka tidak percaya pada Aku (Allah) akan tetapi Aku tidak marah karenanya“ Akhirnya nabi Ibrahim kembali dan menghormati tamu si kafir tadi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa menerima tamu orang kafir itu boleh tetapi jangan mendoakannya. Riwayatnya, nabi Ibrahim pernah mendoakan bapaknya yang kafir namun ditolak do’anya oleh Allah S.W.T.


Sumber : http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf

Sejarah Berdirinya Al-Hikmah

Sejarah Berdirinya Al-Hikmah

Al-Hikmah sebelum bernama Al-Hikmah dipelajari oleh Pak Toha (sebagai Polisi) dari pesantren, kemudian dari Pak Toha dipelajari oleh H. Syaki Abdul Syukur sebagai seorang santri dan jawara, kemudian saya sebagai anak didik H. Syaki Abdul Syukur akan mengembalikan ke pesantren dan akan saya sebarkan kembali ke seluruh jajaran.

Sekelumit riwayat mengenai Pak Toha, konon semenjak kecil Pak Toha hanya bercita-cita ingin punya ilmu ini (Al-Hikmah), maka berangkatlah Pak Toha ke pesantren di daerah Banten selama 7 (tujuh) tahun, namun hasilnya hanya mendapat ilmu Qiro’at, Fiqih dan Silat Cipecut. Setelah 7 tahun Pak Toha berpikir, biaya sudah habis namun ilmu yang dicita-citakan belum juga didapat. Akhirnya Pak Toha pulang dari pesantren kerumahnya yang berada di Jakarta. Ditengah perjalanan di atas kereta api, yang Insya Allah jumlah dari gerbong kereta api tersebut adalah sebanyak 6 gerbong. Beliau duduk melamun memikirkan biaya telah habis, namun ilmu yang dicita-citakan belum didapat.

Tiba-tiba datanglah 3 (tiga) orang berpakaian jawara menyapanya. Sambil duduk salah seorang dari mereka berkata : “Ada ilmu yang dibaca dua kalimat syahadat, tapi bila ditunjuk ke orang yang berniat jahat, maka orang tersebut langsung terpental”. Pak Toha kaget lalu bertanya : “Ilmu apa yang tadi diceritakan dan berada dimana?”. Kemudian salah seorang dari ke 3 orang tersebut mengambil bungkusan rokok yang isinya hanya tingal 1 (satu) batang saja, lalu bungkus rokok itu dipakai untuk menuliskan alamat keberadaan ilmu tersebut. Selagi Pak Toha membaca alamat tersebut, ke 3 orang itu tiba-tiba menghilang. Setelah dicari di 6 gerbong, ke 3 orang tersebut tidak dapat ditemukan.


Sangat disesalkan bagi kita sebagai ikhwan/akhwat Al-Hikmah, bahwa kita tidak diberitahukan alamat atau nama kampung yang tertera ditulisan pada bungkus rokok itu. Dan setelah menempuh perjalanan, akhirnya PakToha pun sampai dirumahnya. Setiba dirumah beliau disambut oleh Bapaknya, dengan pertanyaaan : “Gimana Toha, apakah yang kamu cita-citakan sudah berhasil?”. Pak Toha menjawab : “Belum berhasil Pak, sewaktu dalam perjalanan pulang, ada 3 orang di kereta api yang memberi saya alamat, namun biaya telah habis”.


Pada waktu itu Bapaknya Pak Toha mempunyai seekor kuda dan delman, maka dijuallah kuda dan delman tersebut, seharga Rp. 40, - (empat puluh rupiah) dengan tujuan untuk dipakai biaya Pak Toha mencari Ilmu. Hingga akhirnya Bapaknya Pak Toha beralih profesi menjadi tukang daun dan tali. Berangkatlah Pak Toha dari rumahnya di Jakarta, naik di satu halte dan turun di halte yang lain. Tetapi setiap ditanya berhenti di halte yang mana? Pak Toha selalu menjawab : “diam kamu!”. Setelah turun di halte terakhir, Pak Toha berjalan kaki melewati sawah yang luas, pada saat itu sedang panen. Sampai ditengah persawahan tibalah saatnya waktu maghrib, akhirnya Pak Toha pun membabat jerami (pohon padi) untuk digunakan sebagai ampar tidur dan sisanya dipakai sebagai selimut.


Di kelelahan dan kehinangan malam Pak Toha pun tertidur, hingga Pak Toha terbangun diwaktu subuh. Setelah itu Pak Toha melanjutkan perjalanannya menuju alamat pesantren yang tertera di bungkus rokok itu. Pak Toha tiba di pesantren pada saat menjelang waktu magrib. Pak Toha mengucapkan salam dan dijawab oleh Kyai pesantren tersebut dengan wa’alaikum salam. Kyai tersebut lalu bertanya : "mau ke mana kamu Toha?”. Pak Toha kaget dan tertegun (karena Kyai itu tahu namanya) sambil menjawab : “Saya hanya ingin mencari ilmu Kyai”. Ditempatkanlah Pak Toha di masjid oleh Kyai tersebut dengan kalimat karena “ilmu Qiroat dan Fiqih kamu sudah cukup, ketika waktu sholat tiba kamu harus mengisi air tempat wudhu”. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pak Toha selama 3 tahun kurang 10 hari.


Pada saat itu santri dari Kyai tersebut berjumlah sebanyak 300 (tiga ratus) orang. Sepengetahuan Pak Toha selama 3 tahun kurang dari 10 hari itu, Pak Toha belum pernah melihat Kyai tersebut melaksanakan sholat di masjid, yaitu melaksanakan sholat jum’at ataupun sholat yang 5 (lima) waktu. Hanya saja bila datang waktu siang selepas waktu dhuha, Kyai tersebut mengajak Pak Toha untuk menanam padi, singkong dan jenis palawija lainnya. Setelah 3 tahun kurang 10 hari Pak Toha berpikir, saat tiba waktu subuh Pak Toha membawa Al-Qur’an menghadap Kyai tersebut dengan maksud ingin mengaji. Tapi di tolak oleh Kyai tersebut dengan ucapan: “Toha, Ilmu qiro’at kamu sudah cukup di Banten’’, lalu Pak Toha diberi uang se-gobang atau 5 (lima) sen, kemudian disuruh membeli daun kawung atau daun rokok dengan pesan “kamu jangan tidur sebelum saya datang”.


Pada waktu itu uang se-gobang dapat daun kawung sebanyak 5 (lima) ikat dan di bawalah daun kawung itu ke masjid. Sesuai dengan pesan, Pak Toha menunggu di masjid dari subuh sampai kurang lebih jam 02:00 WIB dini hari. Akhirnya Kyai tersebut datang memasuki masjid. Pada saat itu Pak Toha sedang duduk ditiang masjid tengah, sesampainya di dalam masjid Kyai tersebut mengucapkan salam dan di jawab oleh Pak Toha dengan wa’alaikum salam. Sambil duduk Kyai itu berkata; “Toha, ternyata niat kamu memang sudah sungguh-sungguh”. Duduklah Kyai tersebut berhadapan dengan Pak Toha yang pada waktu itu duduk menghadap arah kiblat, maka disitulah jatuh syarat ngerawat bahwa si murid harus menghadap arah kiblat dan Pembina atau Perawat Al-Hikmah menghadap ke arah si murid, yaitu saling berhadapan. Setelah duduk saling berhadapan Kyai tersebut pun bertanya tentang daun kawung yang dipesannya. Pak Toha mengeluarkan ke 5 (lima) ikat daun kawung tersebut, lalu mulailah Kyai tersebut mencabuti satu persatu daun kawung itu yang ternyata di dalamnya sudah tertulis ayat-ayat Al-Qur’an, sambil mencabut Kyai tersebut bertanya “ini yang kamu cari Toha ?“. Pak Toha menjawab : “ bukan Kyai“. Terus menerus seperti itu, sampai akhirnya daun kawung yang 5 (lima) ikat tersebut hanya tinggal tersisa 2 (dua) lembar saja. Lalu Kyai tersebut memegang kedua lembar daun kawung yang tersisa sambil bertanya : “Toha setiap yang dicabut tadi terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, tapi kenapa kamu menolaknya?”. Pak Toha menjawab “maaf Kyai, bukan itu yang saya cari“. Selanjutnya Kyai tersebut berkata lagi : “gimana kalau yang kamu cari tidak ada disini (2 lembar daun kawung yang tersisa)?“. Pak Toha menjawab kembali: “saya ridho kalau memang tidak ada, tapi karena ilmu itu diturunkan kedunia, tolong saya diberi petunjuk”. Kyai tersebut tersenyum sambil berkata : “tenang kamu Toha“, lalu Kyai tersebut mencabut 2 lembar daun kawung yang tersisa sambil membaca : “Benar itu Kyai !“ seru Pak Toha, namun Kyai tersebut membelah daun kawung tersebut sambil berkata : “semua yang bergerak diperut adalah hak kamu dan yang bergerak di tangan adalah hak H. Amilin”.
Pada waktu itu H. Amilin baru berusia 7 (tujuh) tahun, tapi sudah dipanggil Haji. Kyai tersebut berkata : “pada suatu hari nanti akan ada anak buah kamu yang dapat menyatukan ilmu ini”. Terjadi perbedaan pendapat antara murid Pak Toha dengan murid H. Amilin, bahwa “bohong H. Syaki ngaku- ngaku muridnya H. Amilin“. Kebenarannya, pada waktu itu Pak Toha mempunyai 60 (enam puluh) perwakilan yang diantaranya termasuk Abah H. Syaki, namun dari ke 60 (enam puluh) perwakilan tersebut hanya Abah H. Syaki yang menerima surat dari Pak Toha untuk belajar ke H. Amilin di Garut. Ini fakta yang menguatkan bahwa Abah H. Syaki adalah termasuk salah satu muridnya H. Amilin.

Itulah jerih payahnya guru kita, orang tua kita atas ilmu Al-Hikmah yang sekarang kita miliki. Oleh karena itu Pak Toha ketika membicarakan ilmu ini beliau suka menangis, karena merasa dan melihat untuk memiliki ilmu ini anak sekarang begitu mudahnya. Padahal pada waktu mendapatkan ilmu ini beliau begitu prihatin. Setelah 3 (tiga) tahun kurang 10 (sepuluh) hari dan merasa telah mendapatkan ilmu yang diinginkanya, Pak Toha pun pulang kerumahnya. Setelah sampai dirumah, di sambut oleh adiknya yang bernama Sukardi yang kebetulan pada waktu itu sedang kalah main. ”Wah kebetulan Toha kamu pulang, ajarin gue silat Cipecut nih!” ucap Sukardi. Lalu Pak Toha pun bersedia mengajari adiknya. Namun setelah belajar dari mulai waktu isya sampai menjelang subuh, Sukardi tidak bisa mempelajari ilmu silat.


Setelah waktu subuh tiba dan pada waktu itu ibunya Pak Toha sedang menggoreng singkong diatas sebuah wajan atau kuali, keduanya sudah merasa kelelahan. Pak Toha pun sedikit lepas kontrol dan berkata, ”goblog amat kamu, belajar silat begini aja nggak bisa-bisa”. Sukardi yang mendengar omongan seperti itu merasa tersinggung dan langsung emosi, maka dia menyerang berniat memukul Pak Toha, namun Pak Toha secara reflek sambil menunjuk sukardi sehingga terpental menduduki kuali yang sedang dipakai menggoreng singkong. Si ibu menjerit-jerit ketakutan, namun bapaknya Pak Toha bersorak girang sambil berkata “nggak percuma aku habis modal akhirnya anakku berhasil mendapatkan ilmu yang diinginkannya”. Sehabis kejadian itu akhirnya Sukardi berkata, ”ngapain lu ngajarin gue silat cipecut, itu aja yang lu ajarin ke gue”, di situlah pertama kali Pak Toha mengajarkan ilmu Al-Hikmah kepada adiknya Sukardi dan jatuh kebiasaan dimana kita ikhwan Al-Hikmah disyahkan menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah, dihimbau untuk membina atau merawat keluarga terlebih dahulu sebelum orang lain. Setelah diajarkan ilmu Al-Hikmah, akhirnya Sukardi berangkat main lagi. Tetapi begitu Sukardi main dia kalah lagi. Maka di ikatlah sama Sukardi hinga semuanya tampak bengong seperti patung dan di ambilah semua uangnya oleh Sukardi. Lalu Sukardi pulang kerumah dan kejadian itu diketahui oleh Pak Toha. Pak Toha lalu menegur Sukardi : “ngak boleh sukardi, uang itu harus dikembalikan”. Tapi Sukardi membantah dengan ucapan “ngak bisa! gue udah kalah lebih dari 20 (dua puluh) kambing disitu “. Akhirnya diambilah uang tersebut oleh Pak Toha sebesar harga 20 (dua puluh) kambing dan sisanya dikembalikan. Dari kejadian tersebut diatas jatuh sumpah Pak Toha, bahwa setiap muslimin/ muslimat yang ingin masuk atau belajar ilmu Al-Hikmah harus bisa dan mau mengerjakan segala perintah Alllah S.W.T. dan menjauhi segala larangan-Nya.


sumber : dari web oleh KH. Iskandar
http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf