January 29, 2010

Akhir Wasiat Nabi Muhammad SAW Kepada Umatnya



عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : صَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمِنْبَرَ وَكَانَ آخِرَ مَجْلِسٍ جَلَسَهُ مُتَعَطِّفًا مِلْحَفَةً عَلَى مَنْكِبَيْهِ قَدْ عَصَبَ رَأْسَهُ بِعِصَابَةٍ دَسِمَةٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ إِلَيّ َ، فَثَابُوْا إِلَيْهِ ثُمَّ قاَلَ : أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ هَذَا الْحَيَّ مِنَ اْلأَنْصَارِ يَقِلُّوْنَ وَيَكْثُرُ النَّاسُ فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةٍ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عََلَيْهِ وَسَلَّمَ فاَسْتَطَاعَ أَنْ يَضُرَّ فِيْهِ أَحَدًا أَوْ يَنْفَعَ فِيْهِ أَحَدًا فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيِّهِمْ .

صحيح البخاري)

Dari Ibn Abbas radhiyallahu'anhuma berkata :
Nabi SAW naik ke mimbar beliau SAW, dan itu adalah majelis terakhir beliau SAW sebelum wafat, beliau berselimut dengan kain tebal dilibatkan pada kedua pundak beliau SAW, dan kepalanya diikat dengan kain berminyak dan menghitam sebab obat, lalu beliau mengucap Hamdalah dan memuji Allah SWT, lalu bersabda : "Wahai kalian, kemarilah padaku kesemua kalian", maka para sahabat berdesakan kepada beliau SAW, lalu beliau bersabda: "Amma Ba'du, sungguh wilayah ini adalah wilayah anshar dan mereka akan semakin sedikit dan ummat akan semakin banyak, maka siapapun pemimpin dari Ummat Muhammad SAW yang bisa membawa keburukan pada seseorang (kaum), dan bermanfaat bagi orang (kaum) lainya, maka terimlah kebikannya dan maafkan kesalahannya" (Shahih Bukhari)

Jadi jelaslah jika ada ummat nabi Muhammad SAW yang memimpin kita baik dia RT , RW , Lurah , Orang-orang di pemerintahan atau siapapun selama dia muslim, ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , maka Rasul telah berwasiat untuk menghormati mereka karena mereka adalah ummat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Terimalah kebaikannya dan maafkanlah kesalahannya , kalau ada yang salah tentu benahi dengan cara yang baik , inilah akhir wasiat sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam disaat beliau dalam keadaan gemetar mencapai akhir-akhir sakaratul maut . Dan dalam khutbah di dalam riwayat lainnya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata :

سَتَرَوْنَ بَعْدِيْ أَثْرَةً فَاصْبِرُوْا حَتَّى تَلْقَوْنِيْ عَلَى الْحَوْضِ

"Kalian akan berjumpa dengan hal yang tidak kalian sukai , maka bersabarlah sampai kalian berjumpa denganku di telaga haudh "

Biarkan mereka yang bertanggungjawab melaksanakan tanggungjawabnya , yang memiliki tugas menjalankan tugasnya . Dan tugas kita adalah menenangkan bangsa demi menenangkan hati sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Selama ummat Muhammad yang memimpin , maka kita maafkan kesalahannya dan kita terima kebaikannya , bukan karena orang itu , tapi karena cinta kita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam .

Tausiyah: Habib Munzir Al Musawa
www.majelisrasulullah.org


January 27, 2010

Husnudzon terhadap Para Imam Sebagai Pijakan Psikologis Ahlussunnah

Bismillahi Rahman Arrahim al Hamdulillahi Rabil Alamin washalatu wasalamu ala asyrafil anbiyai wal Mursalin waala alihi washahbihi. Ama' Ba'du. Wajib bagi para mukmin akan menjaga hakikat dan memperkuat akidah salafus salihin dari segala yang merusak akidah dan prasangka terhadap para salihin, tokoh-tokoh Ahlu Sunah wal Jamah atau para A’imah, imam-imam.

Sebab sering timbul prasangka-prasangka yang kurang baik terhadap para a’immatu shalihin, para imam-imam yang sholih. Akhirnya kita akan mengukur kealiman, kealamahan para ulam al Mutaqadimin, ulama-ulama terdahulu. Seperti para tokoh-tokoh tasawuf, tokoh fuqaha, tokoh-tokoh ahli tauhid, dan tokoh-tokoh ahli hadis. Tokoh-tokoh Tauhid seperti Imam Abu Hasan al Asy’ari dan Imam Abu Mansur al Mathuridi.

Jika sudah timbul prasangka-prasangka yang kurang baik, mana mungkin kita bisa menjaga tauhid, menjaga keimanan kita. Padahal ilmu-ilmu kita, kita bisa beriman pada Allah dan RasulNya, kita terima melalui mereka. Ilmu-ilmu beliau seperti lautan tiada bertepian.

Dalam segala ilmu, pan-pan, cabang-cabang, dalam ilmu agama beliau-beliau sangat menguasai. Terutama ilmu hadIts, ilmu Tafsir, ilmu Sanad dalam ilmu Silsilahnya, ilmu Khilaf, ilmu Fiqh, Balaghoh, Mantiq, Bayan Maani-nya. Beliau-beliau itu sangat mumpuni sekali. Sehingga tahu persis ayat dengan ayat yang terkait, hadits dengan hadits yag terkait dan lain sebagainya. Mereka paham dimana harus berijtihad demi kepentingan umat.

Mengambil salah satu ayat yang berdekatan dengan peramasalahan, andaikata didalam suatu permasalahan itu sendiri tidak terdapat dalam keterangan hadits atau ayat yang tegas. Atau mengambil salah satu hadits yang bentuknya mujmal, tidak merupakan tafsil; perincian-perincian didalam permasalahan. Maka itulah, beliau-beliau sangat hati-hati sekali didalam menentukan, atau memutuskan suatu permasalahan.

Menghindarkan dari kepentingan ra’yu atau pendapat akal, dan pendapat nafsu seperti pendapat manusia pada umumnya. Beliau lebih jauh berpikir: bagaimana cara menghindarkan hal-hal tersebut. Maka kearifan, kealimannya dan lain sebagainya, dan ahwaliyahnya-akwaliyahnya tidak diragukan lagi. Allah Taala telah memberikan satu bukti-bukti yang cukup kuat untuk kita semua. Sepeti karangan-karangan beliau sampai sekarang.

Satu contoh saja, Safinah al Naja, Sulam al Munajat, Sulam taufiq, Bajuri dan lain-lainnya. Semua atau seluruh kalangan pondok pesantren sampai Mesir-pun mengakui: tidak pernah meninggalkan kitab-kitab yang pernah dikarang oleh beliau-beliau.

Contoh yang kami tuliskan tadi, apa yang diterapkan dalam akidah-akidah kalangan ahli tasawuf. Terutama yang di pegang; ijtihadnya Imamuna al Ghazali dalam menerangkan dunia tasawuf. Lain daripada Imam Gazali masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya. Tapi paling ringan diantara kalangan ahli tasawuf adalah kitabnya Imam Ghazali. Beliau mempunyai suatu prinsip; bagaimana membuat dasar-dasar untuk kalangan ahli tasawuf.

Maka kalau sudah terjadi prasangka terhadap beliau-beliau: prasangka buruk atau mengukur tentang kealamahan beliau. Justru kita tidak akan berhasil apa-apa, malah kita sendiri yang akan rugi. Karena apa? Beliau-beliau sudah jauh langkahnya sedangkan kita baru hitungan satu langkah dua langkah, mengukur orang yang langkahnya sudah ribuan kilo meter.

Habib Luthfi
http://www.habiblutfiyahya.net/index.php?option=com_content&view=article&id=91%3Ahusnudzon-terhadap-para-imam-sebagai-pijakan-psikologis-ahlu-sunnah&catid=37%3Aartikel&Itemid=30&lang=id

Sosok : Ust. H. Kamad Lazim

Kisah Mencari Ilmu Idaman

Sosoknya begitu dikenal di kalangan Ulama, Habbaib dan terutama Ikhwan Al-Hikmah di penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Sebelum belajar ilmu Al-Hikmah H. Kamad Lazim belajar Sri Murni akan tetapi karena suatu hal, beliau belum puas dan ingin mencari ilmu yang diidam-idamkan, ilmu yang membawa keselamatan dunia dan akhirat.

Pada suatu hari dengan niat Lillahi Ta'ala dan dengan petunjuk dari Allah beliau berangkat ke Ujung Kulon, daerah banten, dari rumah diayuhklah sepeda menuju ke Stasiun Senen, dari situlah pengembaraan mencari ilmu selamat itu dimulai, bismillah........beliau ucapkan.

Pada akhirnya ketemulah H. Kamad Lazim dengan orang yang dituju tersebut, sampai di tempat tujuan beliau langsung dicoba sama seseorang yang dituju tersebut, sang guru langsung menyuruh H. Kamad Lazim untuk menyeragnya dan ditadahlah serangan H. Kamad sama seseorang tadi, dan dengan seketika langsung terjerembab "bruk", dan dengan seketika itu juga seseorang tadi langsung menghilang entah kemana...sampai babeh heran dan kebingungan entah kemana seseorang yg diserang itu hilang secara tiba-tiba.

Dari peristiwa tersebut H. Kamad Lazim muda langsung yaqin dengan ilmu tersebut, dan ilmu tersebutlah yang selama ini beliau cari, akhirnya H. Kamad Lazim selidiki ilmu itu ternyata benar itulah yang dicari, dan seseorang yang mengetest beliau adalah seorang Guru yang dicari, adalah KH. Syaki Abdussyukur (: Abah Syaki, Guru Besar Al-Hikmah/pada waktu itu belum ada nama Al-Hikmah). Nah disitulah babeh belajar ilmu Al-Hikmah sama Abah Syaki sampai dengan Abah Syaki meninggal, dan H. Kamad Lazim termasuk murid kesayangan dari sang Master dan Guru Besar Al-Hikmah. Pesan beliau, seandainya Ilmu Al-Hikmah bisa tumbang sama perguruan lain beliau dia akan berguru pada yang numbangin ilmu itu.

Yayasan Perguruan Al-Hikmah (YPA)

Setelah berguru dengan Abah Syaki di Cisoka, beliau pulang ke Jakarta untuk mensyiarkan Al-Hikmah untuk wilayah Jakarta, dan dimualai dari keluarganya sendiri, pada waktu itu belum banyak perawat-perawat Al-Hikmah. Pada era-80 an, bersama sahabatnya-sahabat KH. Abdul Qadir Rahman, Ust. Pandji Sumpena dll, mengusulkan ide agar Al-Hikmah mempunya wadah resmi, dan pada akhirnya diadakanlah rapat pembentukan Yayasan Perguruan Al-Hikmah (YPA) di Cisoka (kulon) terbentuklah hasil rapat itu poinya Al-Hikmah tidak boleh bernaung politik dan lain sebagainya, sampai jadilah AD/ARTnya.

Sosok H. Kamad Lazim sangat luarbiasa, beliau sangat tegas, jikalau beliau melawat ke berbagai daerah / ke cabang-cabang Al-Hikmah, beliau sendiri yang langsung terjun ke lapangan, dimata ikhwan beliau sosok yang luar biasa. Banyak Habaib yang belajar sama beliau, tapi pada awalnya beliau sungkan, karena habaib ilmunya lebih tinggi, kata beliau, beliau dekat dengan Habib Ali Assegaf dari Tebet, Habib Syechan Shahab, beliau mengenalkan Al-Hikmah kepada habib-habib dan ulama-ulama, agar Al-Hikmah bisa masuk ke Pesantren-pesantren. Perjuangan beliau sangat berpengaruh di seluruh nusantara sampai ke Saudi dalam mensyiarkan Al-Hikmah.

Arif di mata Keluarga

Dimata keluarga beliau sangat tegas dan beliau tidak pernah mengeluh, babeh orangnya gak ada capenya. Sekarang perjuangan beliau diteruskan putra-putranya, dimata putra-putranya beliau sosok yang solid, dan merasa bangga dengan sosok sang "babe" yang begitu luar biasa pada masa hidupnya beliau, semangat dan tanpa lelah.

: dari hasil interview dengan Ust. Hendra Suryadi - Putra H. Kamad






January 25, 2010

Definisi dan Keutamaan Membaca Shalawat

Kita senantiasa memanjatkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Rasulullah:

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما

Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)

Shalawat dari Allah berarti rahmat. Bila shalawat itu dari Malaikat atau manusia maka yang dimaksud adalah doa.

Sementara salam adalah keselamatan dari marabahaya dan kekurangan.

Tidak ada keraguan bahwa membaca shalawat dan salam adalah bagian dari pernghormatan (tahiyyah), maka ketika kita diperintah oleh Allah untuk membaca shalawat -yang artinya mendoakan Nabi Muhammad- maka wajib atas Nabi Muhammad melakukan hal yang sama yaitu mendoakan kepada orang yang membaca shalawat kepadanya. Karena hal ini merupakan ketetapan dari ayat:

فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا


Maka lakukanlah penghormatan dengan penghormatan yang lebih baik atau kembalikanlah penghormatan itu. (QS. An Nisa’: 86)

Doa dari Nabi inilah yang dinamakan dengan syafaat. Semua ulama telah sepakat bahwa doa nabi itu tidak akan ditolak oleh Allah. Maka tentunya Allah akan menerima Syafaat beliau kepada setiap orang yang membaca shalawat kepadanya.

Banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan membaca shalawat kepada Nabi. Diantaranya:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ

Barangsiapa berdoa (menulis) shalawat kepadaku dalam sebuah buku maka para malaikat selalu memohonkan ampun kepada Allah pada orang itu selama namaku masih tertulis dalam buku itu.

مَنْ سَرَّهُ أنْ يُلْقِى اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ رَاضٍ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ

Barangsiapa yang ingin merasa bahagia ketika berjumpa dengan Allah dan Allah ridlo kepadanya, maka hendaknya ia banyak membaca shalawat kepadaku (Nabi).

مَا أكْثَرَ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِيْ حَيَاتِهِ أَمَرَ اللهُ جَمِيْعَ مَخْلُوْقَاتِهِ أنْ يَسْتَغْقِرُوا لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Barangsipa membaca shalawat kepadaku di waktu hidupnya maka Allah memerintahkan semua makhluk-Nya memohonkan maaf kepadanya setelah wafatnya.


مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَقًرَّقُوْا مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ إلَّا قَامُوْا عَنْ أنْتَنَ مِنْ حِيْفَةٍ

Mereka yang berkumpul (di suatu majlis) lalu berpisah dengan tanpa dzikir kepada Allah dan membaca shalawat kepada nabi, maka mereka seperti membawa sesuatu yang lebih buruk dari bangkai.

Para ulama sepakat (ittifaq) diperbolehkannya menambahkan lafadz 'sayyidina' yang artinya tuan kita, sebelum lafadz Muhammad. Namun mengenai yang lebih afdhol antara menambahkan lafadz sayyidina dan tidak menambahkannya para ulama berbeda pendapat.

Syeikh Ibrahim Al-Bajuri dan Syeik Ibnu Abdis Salam lebih memilih bahwa menambahkan lafadz sayyidina itu hukumnya lebih utama, dan beliau menyebutkan bagian ini melakukan adab atau etika kepada Nabi. Beliau berpijak bahwa melakukan adab itu hukumnya lebih utama dari pada melakukan perintah (muruatul adab afdholu minal imtitsal) dan ada dua hadits yang menguatkan ini.

Yaitu hadits yang menceritakan sahabat Abu Bakar ketika diperintah oleh Rasulullah mengganti tempatnya menjadi imam shalat subuh, dan ia tidak mematuhinya. Abu bakar berkata:

مَا كَانَ لِابْنِ أَبِيْ قُحَافَةَ أَنْ يَتَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ

Tidak sepantasnya bagi Abu Quhafah (nama lain dari Abu Bakar) untuk maju di depan Rasulullah.

Yang kedua, yaitu hadits yang menceritakan bahwa sahabat Ali tidak mau menghapus nama Rasulullah dari lembara Perjanjian Hudaibiyah. Setelah hal itu diperintahkan Nabi, Ali berkata

لَا أمْحُو إسْمَكَ أَبَدُا
Saya tidak akan menghapus namamu selamanya.

Kedua hadits ini disebutkan dalam kitab Shahih Bukhori dan Muslim.Taqrir (penetapan) yang dilakukan oleh Nabi pada ketidakpatuhan sahabat Abu Bakar dan ali yang dilakukan karena melakukan adab dan tatakrama ini menunjukkan atas keunggulan hal itu.

KH Abd. Nashir Fattah

Rais Syuriah PCNU Jombang
www.nu.or.id




Mengapa Rasulullah SAW Tersenyum


Rasulullah SAW adalah contoh pribadi yang agung, pribadi yang mulia. Beliau diutus sebagai rahmatan lil’alamin, rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah penutup para Nabi dan contoh bagi semua manusia.

Hal yang menarik adalah kenapa Rasulullah selalu tersenyum, walaupun beliau dihina dan dicaci maki oleh kaumnya, bahkan ingin dicelakakan oleh sebagian orang. Artikel ini akan membahas panjang lebar tentang hal menarik ini.

Pertama, Rasulullah mengemban misi yang besar. Masih banyak hal-hal yang harus difikirkan dan diselesaikan dihadapannya. Masalah ummat dan penyebaran agama yang menguras banyak tenaga dan waktu harus dilaksanakannya demi tercapainya hal besar tersebut. Sungguh remeh apabila Beliau goyah jika ada hal kecil yang menghambat perjuangannya. Di depan mata Beliau terdapat berjuta planning dan harapan yang harus dicapainya untuk jangka waktu yang Beliau rancang. Harapan dan cita-cita harus Beliau tuntaskan bersama para sahabat-sahabatnya. Apabila masalah kecil itu menggetarkan langkahnya maka misi agung itu tidak akan tercapailah seperti sekarang ini. Harapan dan cita-cita Beliau mengalahkan berjuta cercaan dan hinaan yang dihujamkan kepada insan yang mulia ini.

Kedua, Rasulullah saw adalah pribadi yang agung. Seorang yang berkepribadian agung mempunyai jiwa yang besar. Seorang berjiwa besar akan mudah memaafkan kesalahan orang lain, karena hatinya yang luas bagaikan samudra. Seperti dikutip dari perkataan Aa’ Gym jiwa orang yang besar ibarat sebuah lapangan yang amat luas, apabila terdapat ular dan binatang berbahaya lainnya masih ada lahan lapangan yang lainnya untuk bergerak, sebaliknya jiwa orang yang kerdil akan merasakan sesak apabila terdapat sedikit saja gangguan bagi dirinya, orang lebih sedikit dari dia adalah cobaan baginya, tersinggung sedikit adalah besar baginya, dan masalah kecil ia besar-besarkan. Rasulullah adalah contoh tauladan dalam jiwa yang agung. Beliau adalah orang yang pemaaf dan mudah memaafkan. Beliau marah apabila hak Allah di injak-injak. Dalam suatu riwayat dikatakan dari Aisyah ra: “Ketika aku meletakkan gambar diruanganku aku melihat wajah Rasulullah merah padam dan beliau berkata: “Wahai Aisyah, orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang membuat sesuatu menyerupai makhluk Allah.” (H.R. Muttafaqq Alaih) Begitulah ketegasan Rasulullah dalam menegakkan hak-hak Allah. Apabila Beliau dihina Beliau bersabar dan apabila hak Allah dipermainkan maka wajah beliau merah padam.

Ketiga, senyum adalah lambang pribadi yang optimis dan positif. Rasulullah adalah insan yang mulia. Manusia terbaik dimuka bumi ini sejak adanya. Beliau adalah pemimpin agung. Mustahillah seorang pemimpin itu mencontohkan kepesimisan. Beliau ingin mencontohkan keoptimisan dalam menggapai cita-cita bagi seluruh ummatnya. Karena Beliau ingin ummatnya optimis menggapai cita-cita mereka yang mulia. Dan juga senyum melambangkan pribadi yang positif, tidak ada gunanya marah apabila Beliau membalas kejahatan orang Yahudi yang melukainya, karena itu akan membuang tenaga Beliau saja dan masih banyak tugas Beliau di hadapan dan akan sia-sia untuk suatu perkara yang remeh. Apabila kita marah sebenarnya yang rugi adalah kita. Termakan tenaga dan waktu untuk memikirkan batu kerikil-batu kerikil tersebut. Oleh karana itu Allah mengatakan dalam Kitab-nya “Katakanlah wahai Muhammad: “Matilah dengan kemarahan kalian” bagi ‘Bithanatan Min Dunikum’ yaitu golongan yang apabila kalian terkena musibah mereka akan merasakan senang dan apabila kalain mendapatkan kenikmatan hati mereka akan sakit, maka marah adalah penyebab yang tepat untuk kematian mereka. (QS. Ali Imran:118-120)

Begitulah suri teladan dalam diri Rasulullah, seorang insan yang agung. Demikianlah tatkala seorang buta Yahudi di pinggiran kota Madinah mencaci maki Beliau, mengatakan Beliau gila, tetapi Beliau dengan santun menyuapkan kepalan nasi ke mulut orang tua tersebut. Juga kisah seorang Yahudi yang sengaja menagih uangnya lebih dari waktu yang mereka janjikan, yang dia sengaja membuat Beliau marah, tetapi beliau hanya tersenyum. Dan, juga kisah seorang Yahudi yang selalu meludahkannya pada setiap pagi, tetapi disaat ia sakit ternyata Rasulullah-lah orang yang pertama kali mengunjunginya. Sungguh Muhammad Engkau berkepribadian agung.


Ditulis oleh Agung Kusuma, BIFB (Hons)
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/hikmah/1271-mengapa-rasulullah-saw-tersenyum

January 21, 2010

Interaksi Dengan Al Quran


Pada kesempatan ini kita mengurai tentang bagaimana hubungan kita dengan al Qur'an. Baginda Nabi Saw yang menerima al Qur'an jauh sebelum mendapat wahyu sering nyepi di dalam gua hiro. Kadang 3 hari, kadang 10 hari, kadang lebih, sehingga pada waktu turun wahyu iqra' bismirabbikal ladi kholaq, kholaqal insane min alaq, pada saat nabi khalwat, menyepi.
Dengan sering tafakur nabi lebih dekat, lebih dekat bukan untuk mengenal, karena Nabi sudah mengenal Allah Ta'ala. Sehingga ketika di gua hiro' pendekatan-pendekatan (taqarub) yang dilakukan nabi sangat luar biasa. Sehingga tepat turunnya wahyu.

Bilamana kita membaca al Qur'an, selain membaca dan memahami maksudnya, juga untuk mengingatkan bagaimana nabi, para rasul itu dalam taqarrubnya kepada Allah dengan melalui al Qur'anul karim, jadi tidak semata-mata membaca al Qur'an.

Tidak hanya tahu ma'nawiahnya saja, tapi tahu bagaiman para anbiya' para rasul bahkan bagaimana para ulama meningkatkan maqam taqarrub sehingga sampai pada tingkatan merasa dilihat oleh Allah Ta'ala', hingga akhirnya bisa meresapi apa yang diperintahkan oleh Allah, mana yang dilarang oleh Allah Swt.

Dengan imannya, taslim, berserah diri, bukan dengan akalnya. Akal ikut iman bukan iman ikut akal. Sehingga taslim akalnya, taslim matanya, taslim telinganya, taslim perilakunya. Sehingga sebagaimana diceritakan dalam maulud diba' oleh Sayyidi Abdurrahman Adiba'i al Hasani, dalam hadis, beliau mengatakan 'Qulubuhu al Qur'an', bahwa perilakunya, akhlaqnya baginda nabi Saw Adalah Al Qur'an, tidak pernah terlepas dari al Qur'an.

Sehingga orang itu ketika membaca al Qur'an, maka saat itu pula semakin dekat, semakin taqarrub kepada Allah Ta'ala. Bilamana kepada Allah semakin taqarrub, dia akan dibersihkan daripada sifat-sifat yang tidak terpuji disisi Allah dan tidak terpuji disisi Rasulullah Saw. Inilah Ulama-ulama kita, auliya-auliya kita di dalam membaca al Qur'anul karim. Dari itu beliau-beliau tidak pernah terlepas adab dan akhlaqnya, dalam membaca al Qur'an. Demikian, insya Allah kita lanjutkan pada Jum'at kliwon berikut sekaligus Halal bihalal.

Yang penting hari ini pengajian kita tetap berjalan, tetap untuk istiqomah. Lo kenapa puasa Ramadhan pengajian ko tidak libur? La maksiat juga kan tidak berhenti, kalau maksiatnya tidak berhenti, harusnya pengajiannya juga tidak berhenti.

Walaupun satu ayat, satu kalimat, dua kalimat, itulah diantara yang bisa menjadi sebab panjang umur, sehat wal afiat. Sampean (para jama'ah) juga mendo'akan saya biar panjang umur, sehat wal afiah dhohiron wa bathinan, itulah yang bisa saya sampaikan, insya Allah kita sambung lebih panjang lagi plus Halal Bi Halal setelah hari raya nanti, kurang lebihnya afwa wa minkum Wassalamua'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Al Habib Luthfi Yahya (Pengajian Jum'at Kliwon 4/09- Kitab Jami'ul Ushul - Gedung Kanzus Sholawat-Pekalongan/spyn)





January 20, 2010

DOA IJAZAH RASULULLAH SAW KEPADA SHAHABAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIEQ R.A.


اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم

Allahumma innii zhalamtu nafsi zhulman katsiiran walaa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta faghfir lii maghfiratan min ‘indika warhamnii, innaKa Anatal Ghafuurur Rahiim.

Artinya :
(Ya Allah ya Tuhanku, aku sunggu telah banyak ‘menganiaya’ diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau; maka berilah ampunan kepadaku ampunan dari sisiMu dan kasihilah aku. Sungguh Engkaulah Sang Maha Pengampun dan Maha Pengasih).

Dibaca dalam shalat, ketika sujud.

30 Nopember 2008 08:31:08
http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=8&id=912


Temukan Diri Lewat Pintu Tasawuf


Temukan Diri Lewat Pintu Tasawuf
9 Juli 2009 13:09:52 | Share
Oleh: Muhammad Soffa Ihsan

Penempatan manusia di bumi sekarang ini sama seperti udara berbau busuk, laut tercemar, penebanan hutan yang ganas, percobaan nuklir dan seterusnya. Jika manusia melakukan hal itu, mereka akan sekali lagi diusir. Namun, ke manakah mereka akan pergi?

Inilah yang harus dipikirkan oleh manusia yang mengklaim diri sebagai makhluk terunggul. Dimana letak keunggulan itu? Tantangan ini muncul dalam buku Jalan Kebahagiaan, Tasawuf Kalbu Islam, karya Syeikh Khaled Bentounes, Pemimpin Tarekat Alawiyyah. Pelaku sufisme yang tinggal di Perancis ini pernah berkunjung ke Yogyakarta 2008 lalu.
Pemikiran sufisme itu berujung pada penemuan manusia atas dirinya sendiri. Manusia tidak terasing dari dirinya, sehingga terbebas dari segala insting, kecuali menjadi pelayan Tuhan. Itulah manusia universal yang bisa melihat dirinya sendiri. Kehidupan, nalar, dan ajaran pada dasarnya untuk seluruh manusia. Ini karena manusia berasal dari unsur yang sama, yaitu tanah dan kedudukannya sama bak gigi sisir. Yang membedakan ada pada tataran tindakan. Jadi, dalam dunia materi, kehidupan sosial kehidupan sehari-hari dan di lingkungan sekitar harus selalu ditanyakan akan peran kita, apa yang kita perlukan dan apa yang bisa kita berikan.

Syeikh Khaled memaparkan pemikiran itu melalui diagram lingkaran. Setiap lingkaran menunjukkan tingkatan kehidupan manusia, seperti dalam lingkaran yang dipakai oleh para sufi untuk melihat manusia. Lingkaran terluar adalah mineral dan lingkaran di dalamnya adalah tumbuhan, binatang, dan lingkaran sebagai sentral adalah dunia manusia. Di atas lingkaran sentral itu, ada tataran metafisika dari yang terluar pencarian diri, kemudian manusia tak dikenal dan berakhir di lingkaran sentral, yaitu manusia yang dikenal. Kita semua berasal dari mineral dan air di mana air adalah sumber kehidupan.

“Kita semua berisi mineral, tetapi juga berasal dari dunia tumbuh-tumbuhan. Lalu, muncul dunia binatang yang masih membekas di pikiran dan perilaku kita," ujar Syeikh Khaled. Di dunia fisik manusia, semua terasa bila dipegang, tetapi di balik itu ada yang tidak terasa bila dipegang. "Itulah manusia yang belum dikenal. Karena itu, saya harus tahu siapa diri saya," katanya. Dalam pencarian itulah masuk pengetahuan ilmiah untuk mencari diri manusia.

Setelah manusia menemukan dirinya, manusia menjadi lingkaran penuh yang memiliki sifat yang sangat mulia, yaitu kemanusiaan. "Itulah yang disebut manusia universal, yang tahu diri sendiri dan hanya menjadi pelayan Tuhan. Kesadaran itu yang akan membebaskan manusia dari segala nafsu," tutur Syeikh Khaled.

Untuk mencapai tingkatan kesadaran itu, manusia tidak bisa lepas dari agama yang menuntun ke dunia spiritual yang mencerahi tataran tindakan. Untuk memahami ajaran agama, Bentounes menampilkan kembali diagram lingkaran. Lingkaran terluar adalah unsur ibadah, di dalamnya unsur budaya dan inti lingkaran adalah spiritual. Setiap agama memiliki tuntunan masing-masing. Dan, dalam mengajarkan agama, sering hanya sampai lingkaran luar, yaitu ibadah. Manusia lupa kalau agama itu juga mengajarkan perilaku, sikap, dan cara hidup.

“Ada aspek budaya dalam agama," kata Syeikh Khaled. Bila manusia berhenti di tingkatan ibadah, manusia hanya melakukan satu visi saja. Ibadah biasanya dikaitkan dengan emosi, budaya dikaitkan dengan penalaran, dan spiritual terkait dengan intisari ibadah, hubungan antarmanusia dan hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa. "Pelajaran pada tingkatan-tingkatan itu akan membebaskan dari sektarian, komformis dan dogmatisme. Pelajaran itu yang membuat kita mampu mengerti sesuatu yang hidup," ujar Syeikh Khaled, yang lahir 57 tahun lalu di Mostaganem, sebuah kota kecil di pinggiran Aljazair.

Syeikh Khaled kembali menampilkan diagram lingkaran untuk menjelaskan pencapaian ihsan. Lingkaran pertama adalah Islam yang bersisi kumpulan aturan yang diturunkan ke bumi dan untuk dijalankan oleh manusia, dan yang utama adalah syariah yang berarti aturan hukum dan jalan. Lingkaran kedua adalah iman. Syariah adalah jalan menuju iman. Dalam tasawuf, jalan itu semacam energi bukan hanya kepercayaan yang diwariskan. Lingkaran ketiga adalah ihsan. Jalan itu mengantar ke tingkatan ihsan, yaitu akhir dari tujuan.

Di tingkatan ihsan inilah manusia bisa merasakan kehadiran Allah. Bagi para sufi, pada tataran Islam, Saya adalah Saya, Kamu adalah Kamu. Pada tataran Iman berisi Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku. Pada tataran Ihsan, Tidak ada Aku tidak ada Kamu. Semuanya tidak ada, ego manusia hilang. Para sufi bertutur, siapa yang mengenal alam absolut itu tidak hanya kelu, tetapi juga lumpuh. Karena itu, mereka selalu berusaha dengan rendah hati melihat dirinya sendiri.

Sumber :
http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=2&id=1010

January 15, 2010

Latihan Bersama Al-Hikmah Depok

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Selamat malam untuk semua Ikhwan Al-Hikmah saya ingin mengabarkan untuk Ikhwan Al-Hikmah sekalian bahwasannya ada latihan bersama Tgl 16/1/2010 ba'da sholat isya bertempat di kediaman guru kita Bpk. Ust. Ibrahim Ilyas di Depok II, telp beliau 0217710801/02168120202
mohon disebarkan berita ini ke ikhwan-ikhwan yang lainnya

Terima kasih atas perhatiannya
Wassalam...

Sumber :
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=155019458#post155019458

January 12, 2010

Kesaksian Allah SWT atas Risalah dan Keistimewaan Nabi Muhammad SAW

Allah Swt. memberikan dasar kepada kita; kaum beriman: al Quran dan sunah Nabi. Yang dibawa oleh Jibril As, disebut al Quran al Adzim. Kemudian sunah atau hadis nabi dibagi menjadi dua, ada yang disebut hadis ada pula yang disebut hadis qudsi.

Keduanya banyak di pakai untuk menguatkan kedudukan al Quran al Karim. Sementara hadis qudsi mempunyai keistimewaan lain, yaitu untuk menunjukan bagaimana hubungan Rasulullah Saw. dengan Allah Swt. Jadi Al Quran maupun hadis qudsi sama-sama menunjukan istimewanya kedudukan Nabi Muhammad Saw. disisi Allah Swt.

Al Quran al Adzhim mempunyai dua fungsi. Pertama fungsinya sebagai dasar-dasar ajaran. Fungsi pertama ini mencakup beberapa hal penting: pertama adalah hukum, masalah perintah dan lain sebagainya, ini terangkum dalam Fiqh; selanjutnya akidah atau tauhid; kemudian tasawuf dan terakhir sejarah (tarikh). Fungsi kedua al Quran adalah sebagai dasar dari keyakinan kebenaran Islam. Atau dapat dikatakan juga sebagai syahadah, kesaksian, bukti dari Allah Swt. atas kebenaran Rasulullah Saw. atas semua yang dibawanya dan disampaikan olehnya. Serta sebagai bukti istimewanya kedudukan Nabi Saw. disisi Allah Swt. Semisal kesaksian Allah Swt. bahwa Nabi Muhammad adalah benar-benar Rasul Allah Swt.

Kesaksian-kesaksian Allah Swt. pada Nabi Muhammad diantaranya kesaksian akan sipat, karakter dan fisiknya; “Laqod jaakum Rasulun min anfusikum 'Azizun alaihi ma anittum harishun alaikum bil mu'minina Ro'ufurrohim” (QS: at Taubat: 128). Allah Taala yang menugaskan Nabi sebagai utusan tidak sekedar memerintah, tetapi juga Allah Swt. menerangkan kedudukan yang di
perintah. Mulai dari fisiknya, karakternya, pribadinya dan lain sebagainya, sebagaimana tergambar dalam ayat tersebut. Bukan sekedar memerintah, seperti kebiasaan kita memerintah.

Allah Ta'ala menguatkan kedudukan yang di perintah, dari segi fisik anatominya sampai disebutkan semua dalam al Quran al Adzim. Allah Ta'ala yang menciptakan, menyaksikan, membuktikan kebesaran, keutamaan ciptaan-Nya. Untuk siapa kesaksian Allah Swt. tersebut? Untuk umat. Supaya dengan mudah umat dapat menerima ajaran-ajaran yang dibawanya. Kita bisa mengatakan; yang menciptakan saja menyaksikan, mengakui kebesarannya, kalau kita yang termasuk ciptaanNya tidak mau menyaksikan kebesaran Nabi Muhammad Saw., keterlaluan.

"Laqod jaakum Rasulum min anfusikum", sungguh kami telah mendatangkan kepada kalian manusia, Rasulun, seorang utusan. Utusan yang bagaimana? Allah Ta'ala disini menekankan dengan mengatakan:"min anfusikum", dari kalian jenis manusia. Bukan manusia biasa, tapi manusia luar biasa. Di buktikan dengan keluarbiasaan Rasulullah apa? “‘Azizun alaihi ma annitum”, menanggungkan derita umat, yang pertama. kedua “Harisun alaikum ”, rasa cinta pada umat. Yang ketiga “bilmuminina Ro’ufurrohim”, rasa kasih sayang pada kaum beriman.

Tiga sipat itu seharusnya dimiliki seorang mubaligh. Keberhasilan seorang mubaligh bergantung sebarapa besar rasa ‘azizun alaihi ma annitum’ dalam dirinya. Sebab, itulah dasar pertama untuk mengajak kejalan Allah. Mubaligh harus pula membawa misi “Harishun alaikum”, dan tentu saja, “Bil mukminina Roufurrohim”. Bila mubaligh bisa membawa ini, dalam amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukannya, dia tidak akan mendahulukan hawa nafsu.

Perumpamaan 'bilmukminina roufurrohim', seperti kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kerasnya orang tua terhadap anak bukan berarti kebencian, kerasnya orang tua terhadap anak bukan berarti kekejaman, kerasnya orang tua terhadap anak walaupun lahirnya kelihatan keras tapi penuh arti kasih sayang. Seperti anak kecil yang digandeng orang tuanya ketika menyebrang jalan, kendaraan hilir mudik tak beraturan, apakah ketika anak lari akan dibiarkan begitu saja, karena orang tua kesal, semisal. Anak kemudian ditarik oleh orang tuanya dengan keras. Karena apa? Kalau kamu lari, pasti tertabrak mobil atau paling tidak tertabrak sepeda. Tarikan keras yang dilakukan orang tua pada anaknya dalam kondisi seperti itu, bukan karena marah bukan pula karena dendam. Tapi karena sayang. Kalau dendam atau marah sewaktu-waktu kesal, akan dibiarkan. Itu dendam.

Akhirnya masa bodoh; mau hidup atau mati terserah. Bukankah begitu. Orang tua terhadap anak, tidak ada istilah masa bodoh, karena apa? Karena rasa sayang atau dalam al Quran disebut sebagai“Bilmu'minina roufurrohim”. Ini sifat Rasul Saw., ini tidak dimiliki oleh siapapun secara sempurna.

Maka bila kita ‘amar ma'ruf nahi munkar’, prinsip “bilmu'minina roufurrohim”, harus kita pegang betul. Sebab nahi munkar dengan mendahulukan nafsu mana mungkin akan berhasil. Sesaat mungkin orang takut. Seperti kasus minuman keras. Dalam amar ma’ruf atas kasus ini kita selalu menitik beratkan kemunkaran itu hanya pada apa yang diminum, khomr. Lalu kita hancurkan, pabriknya di robohkan. Apa dengan membrantas minuman keras itu mereka pasti sembuh atau spontan dengan itu mereka akan sembuh. Orangnya yang seharusnya anda tuju, bukan justru minuman keras yang anda habisi. Bagaimana kita menyembuhkan si peminum, si pecandu itu? Itulah tugas kita. Kalau kita tidak penuh kasih sayang pada mereka dalam menanganinya, tidak mungkin mereka akan sembuh. Dan kalau kita mendahulukan hawa nafsu, mana mungkin mereka akan mengerti kalau di sayangi. Ini pula yang banyak menyebabkan dakwah kita tidak berhasil.

Nah Rasulullah Saw. telah di didik betul sehingga betul-betul memiliki tiga sifat itu. Hal yang demikian membuahkan “wainaka laala Khuluqin ‘adzim”, sungguh engkau Muhammad memiliki pekerti yang sungguh mulia (QS: al Qalam: 4). Sehingga ayat-ayat:"Azizun alaihii ma annitum”, “harishun alaikum”, “bilmukminina roufurrohim”, hadis "Umirtu liutamimma makairal akhlak", lebih memperkuat 'Wainnaka laala kulukin adzim', sempurnanya pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.

Kesaksian Allah Taala terhadap kerasulan diantarnya adalah “ Yasiin. Wal Quranul hakim. Innaka Laminal mursalin ” (QS: Yasin: 1-3). Kesaksian itu turun pada saat Rasulullah Saw. merasakan bagaimana beratnya menundukan mereka, supaya mereka beriman.

Bukan beratnya menjadi Rasul. Seperti halnya seseorang yang menjadi polisi, beratnya bukan karena statusnya, tapi bagaimana menyadarkan masyarakat, supaya tidak berbuat kejahatan yang merugikan dirinya, merugikan masyarakat. Tanggung jawab itu, lebih berat dari status yang disandangnya.

Itu baru tingkat bawah. Kalau Rasul sudah tidak bisa di buat bandingan. Kronologi turunnya ayat tersebut (asbab al wurud) bermula pada waktu itu Rasulullah Saw. memikirkan bagaimana caranya supaya orang-orang kufar jahiliah beriman atas risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Mayoritas dari mereka lari dan tidak beriman, apalagi sampai mau mengakui risalah

Rasulullah Saw. Tegas Allah taala menurunkan ayat: ” Yasiin. Wal Quranul hakim. Innaka Laminal mursalin”, wahai Yasin, demi al Quran yang mulia. Sungguh engkau sebenar-benarnya utusan. Seakan-akan Allah Swt berfirman: “Andaikata mereka tidak mau mengakui wahai Muhammmad engkau utusanKu Aku yang akan mengakuimu; engkau adalah utusanKu. ‘Engkau sebenar-benar utusan’.

Sampai pula turun: "arrahman alamal Quran, kholaqol insana allamahul bayan", siapa yang dimaksud dalam ayat ini? Yaitu Rasulullah Saw. Dalam surat al ‘Alaq Allah Swt berfirman: "Iqro bismirobbikaladzi kholaq, kholaqo al insana min ‘alaq, iqro warobbuka al akrom" (QS: al ‘Alaq: 1-3), kepada siapa pertama kali ayat ini ditujukan? Pada Rasulullah Saw. Dalam surat al Hujurat ayat 13, Allah Swt. Berfirman:"Inna akromakum indallahi atqoqum", sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling taqwa diantara kalian. Siapa yang dimaksud dengan'al akram wal atqo’ dalam ayat tersebut? Rasulullah Saw. Kalau kita ditanya siapa yang paling mulia? Kita harus menjawab Rasulullah Saw. sebab beliaulah orang yang paling taqwa.

Oleh sebab itu, kalau ingin menjadi orang yang taqwa. Tidak ada cara selain mengikuti (ittiba’) meniru dan mencontoh teladan Sayidina Muhammad Saw., dijamin dia akan termasuk orang yang taqwa.

Dari apa yang telah saya uraikan, kita akan mengakui, mengetahui dan meyakini bahwa Rasulullah Saw. adalah orang yang istimewa, dan seorang manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Sebab itu pula kalau ada orang mengatakan atau minta disamakan dengan Rasulullah Saw., adalah orang yang menghayal. Sama darimana? Dia tidak mendapat penyaksian dari Allah Swt.

Sementara Rasulullah Saw. disaksikan: akhlak, susunan antominya, susunan fisiknya dan sebagainya. Yang menciptakannya sendiri yang menyaksikan, Allah Swt. Bukankah lebih akurat! Darimana bisa-bisanya kita berani menafsirkan Rasulullah manusia biasa.

Lalu bagaimana dengan ayat; “Qul inama ana basyarum mislukum” (QS: al Kahfi: 110)? Maksud ayat itu bahwa pesan-pesan kerasulan Nabi Muhammad Saw. dapat diterima dengan mudah olah manusia. Karena Rasulullah Saw. sendiri adalah manusia. Itulah maksud ayat al Quran diatas. Memberi kesadaran pada umat bahwa Allah Swt. telah mempermudah manusia (litashil al umat) untuk menerima ketentuanNya melalui utusan dari golongan manusia pula. Dan itu merupakan salah satu dari sekian rahmatNya. Basyar, manusia dalam ayat itu bukan berarti menyamakan Rasulullah dengan kedudukan manusia biasa. Tidak! “Qul inama ana basyarum mislukum”, kami ini sepertis kalian; berbicara, bermata, bertelinga. Manusia, sama-sama manusia, Mistlukum, seperti kalian.

Akan tetapi kata ‘mistlukum’ tidak bisa dikatakan berarti sama sekali sama atau persis sama.

Rasul dari kalangan manusia yaitu untuk memudahkan umat. Sebab Seandainya Rasul dari kalangan Jin, akan menyulitkan manusia, sebab jin tidak terlihat. Kalaupun terlihat manusia pasti lari. Sementara malaikat tidak terkena kewajiban: “Qu anfusakum wa ahlikum nara”(QS: at Tahrim), menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Sebab malaikat tidak punya anak serta tidak punya istri. Lalu siapa yang berperan menjadi utusan atau rasul? Jawabannya adalah manusia. Dan manusia yang menjadi rasul itu
adalah Nabi Muhammad Saw.

Dalam membahas Ahlu Sunah kita jelaskan terlebih dahulu fungsi al Quran sebagai saksi kerasulan dan keistimewaan Nabi Muhammad Saw. Supaya kita tahu sumber-sumbernya dahulu. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah Saw. Sebagai sumber utama Ahlu Sunah adalah manusia luar biasa yang karakter, fisik dan perjalanan hidupnya di abadikan dalam al Quran.

January 10, 2010

Perguruan Tinggi yang Berkarakter


Perguruan Tinggi yang Berkarakter

Pada era 80 an sampai dengan akhir 90 an, orang masih memandang PTN (Perguruan Tinggi Negeri) sebagai menara gading yang menjadi idaman setiap orang, pada era itu PTS (Perguruan Tinggi Swasta) adalah kelas dua, akan tetapi saat ini era itu sudah berubah, PTS telah berubah dan berbenah baik dari sisi fasilitas, bangunan, dan lain sebagainya yang mendukung perguruan tinggi menjadi lebih baik. Sekarang baik calon mahasiswa, orang tua, melihat perguruan tinggi lebih pada dari sisi qualitas; melihat alumninya, prestasi perguruan tinggi itu sendiri, dan kepercayaan masyarakat atas perguruan tinggi tersebut, dan pada akhirnya perguruan tinggi tersebut menjadi Perguruana Tinggi Idaman. Banyaknya survey yang dilakukan baik oleh lembaga pemerintah (DIKTI) maupun lembaga swasta (seperti yang dilakukan beberapa media) yang mensurvey lembaga pendidikan tinggi yang digolongkan perguruan tinggi terbaik, hal tersebut membantu masyarakat dalam memilih perguruan tinggi mana yang layak dijadikan pilihan sebagai tempat belajar.

Berbagai pembenahan baik secara fisik maupun kwalitas pengajaran sekarang telah dan sedang dilakukan berbagai perguruan tinggi, Universitas Islam Indonesia (UII) begitu juga, mulai awal 80an, UII memulainya dengan perbaikan fisik, yang terus berkembang, selain itu secara kwalitasnya setiap tahunnya mengirimkan dosen-dosennya untuk studi lanjut baik strata dua, maupun strata tiga baik di dalam atau luar negeri. Hal tersebut merupakan salah satu contoh yang telah dilakukan perguruan tinggi untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kwalitasnya. Kendali mutu dan ISO, sebagai kontrol atas kwalitas tersebut pada awalnya dikenal dengan kendali mutu, dan di berbagai perguruan tinggi membuat badan kendali mutu, dan sekarang beberapa perusahaan menerapkan Sistem Kendali Mutu atau ISO 9001:2000/2008, hal tersebut merupakan salah satu trend usaha untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Hal tersebut semua di atas telah dilakukan beberapa perguruan tinggi, terutama universitas-universitas besar di Indonesia, termasuk UII yang termasuk sepuluh universitas paling dikenal menurut versi Tempo.

Menjadi perguruan tinggi idaman tentunya bukan suatu hal yang sangat mudah, hal tersebut baru merupakan langkah awal, hal yang terpenting adalah karakter perguruan tinggi itu sendiri, knowledge and heart. Apakah perguruan tinggi tersebut hanya menonjolkan knowledge saja, hanya heart saja, atau keduanya?. Knowledge di sini adalah jasmani dan heart diartikan sebagai rohani. Penanaman nilai-nilai agamis dan ilmu-ilmu umum secara seimbang adalah nilai positif dari perguruan itu sendiri, dimana perguruan tinggi yang kita kenal selama ini adalah tempat dimana akan terbentuknya karakter mahasiswa dan karakter lulusannya/alumni. Untuk perguruan-perguruan tinggi yang ber-background agama, baik itu Universitas Islam, Universitas Muhammadiyah, maupun Univeritas Kristen/Katolik sebenarnya telah mengambil peran ini dan seharusnya ini merupakan point penting yang bisa dijadikan nilai tambah (value) bagi perguruan tinggi tersebut. Seperti yang saya ketahui di UII khususnya dimana setiap mahasiswanya harus bisa membaca ayat-ayat Al-Quran, hal tersebut diaplikasikan dengan memasukkan mata kuliah islam. Hal tersebut adalah bekal selama menjadi mahasiswa dan bekal kelak setelah menjadi alumni. Menjadi mahasiwa yang berkarakter dan menjadi Alumni yang berkarakter, dari perguruan tinggi yang berkarakter.

Peran alumni dalam membangun karakter almamaternya juga seharusnya dipertimbangkan, dan menjadi faktor penting. Hal tersebut merupakan cerminan output dari perguruan tinggi tersebut yang menjadi tempat belajar/kuliah sebelumnya. Apakah alumni perguruan tinggi tersebut banyak diterima pasar, apakah banyak menciptakan pasar. Apakah alumni perguruan tinggi tersebut banyak yang suka korupsi atau tidak, nah inilah point penting yang harus dipertimbangkan dalam mencetak alumninya menjadi alumni yang berkarakter dari universitas yang berkarakter, dan penulis sendiri berpendapat dalam lomba Blog UII, UII telah melakukan hal tersebut di atas untuk mewujudkan menjadi universitas idaman, bahkan menjadi universitas bertaraf internasional.

Daftar Pustaka :

http://www.uii.ac.id
http://humas.uii.ac.id
Majalah mingguan Tempo, 20 Mei 2007

January 7, 2010

Konsep Kebahagiaan Dalam Islam

Konsep Kebahagiaan Dalam Islam


Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness)?

Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.

Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.

Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.'

Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?

Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:

"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.

Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.

Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.

Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.

Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.

Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."

Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.

Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya.

Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.

Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.

Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.

"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.

"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."

"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."

Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.


Ditulis oleh Ustadz Abdul Latief
pesatrenvirtual.com
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/hikmah/1216-konsep-kebahagiaan-dalam-islam


January 4, 2010

Haul KH. Syaki Abdussyukur - Guru Besar Al-Hikmah


Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Diberitahukan kepada Ikhwan Al-Hikmah insya Allah akan dilaksanakan Pertemuan Al-Hikmah sekaligus Haul KH. Syaki Abdussyukur (GURU BESAR AL-HIKMAH) di Cisoka-Banten dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Maret 2010 ,
Tempat : Al-Hikmah Pusat, Cisoka Banten

Demikian disampaikan dan diharapkan hadir kepada Pembina/Perawat dan ikhwan Al-Hikmah.

Wassalamu'alaikum.
Sumber Info : Agus Wahyudin (putra bungsu Abah Syaki)