May 28, 2009

Masalah Wirid Dalam Al-Hikmah

Wirid, silahkan anda baca sebanyak-sebanyaknya karena itu untuk kekayaan akhirat. Wirid artinya adalah doa, doa itu ibadah. Namanya doa adalah ; shalat, shalawat, tasbih, tahmid, dzikir, baca Al-Qur’an. Doa untuk kekayaan akhirat, sedangkan Ibadah yang dibayar tunai itu adalah doa, sodakoh, zakat, zakat fitrah, nafkah anak istri, infak, memberikan nafkah kepada kedua orang tua yang miskin adalah wajib, sedangkan kepada kedua orang tua yang mampu adalah sunah, ibadah sodakoh sunah jariyah fakir miskin. Maka kalau ingin kaya di akhirat ibadah ini harus diperbanyak. Kalau takut miskin ingin kaya sungguh-sungguhlah dalam berusaha, artinya kalau ingin ke surga takut ke neraka, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah. Tidak akan kaya usaha di dunia kalau tidak dibarengi dengan ilmunya, artinya dari ibadah tadi diambil barokahnya kalau ilmu ingin manfaat.

Wirid : Itu adalah Ijma atau Qiyas ulama dititipkan sama yang mengamal Al-Hikmah, karena para ulama mengetahui kelemahan kelemahan kita, dikasih wiridpun tidak ingat sama Allah S.W.T., apalagi tidak kasih wirid, namun wirid tersebut harus diamalkan karena wirid dan ngamal itu beda. Wirid adalah ucapan atau omongan, sedangkan ngamal itu adalah ucapan yang disertai dengan pelaksanaan. Kalimat amal itu berasal dari bahasa arab yang artinya kerja. konon riwayatnya dari rasulullah ke anas bin malik satu riwayat ke abi yashar satu riwayat ke abi umamah dua riwayat namun kesimpulan tiga sahabat empat riwayat barang siapa sering membaca doa tersebut akan diangkat derajatnya diakhirat barang siapa membaca doa tersebut diatas tadi dipakai maksiat kemudian berhasil itu khadamnya syetan, karena tukang santet apabila ingin menyantet membaca shalawat untuk menundukan jin yang diperintahnya, maka kita mengusirnya pun harus dengan membaca shalawat. Riwayat wirid pada mulanya simpang siur.

Karena pada zaman Abah H. Syaki, beliau tidak dikasih wirid atau doa oleh Pak Toha. Sedangkan pada waktu itu Abah sering pergi keluar. Ketika Abah sedang tidak dirumah, datang tamu yang dilayani oleh bapaknya atau adiknya, yang akhirnya kalau ditanya masalah wirid dikasih sembarangan contoh : bahasa jawokan. Anggapan para tamu adalah bahwa Abah H. Syaki dapat ilmu dari bapaknya, padahal Abah H. Syaki justru membina atau merawat tetangganya terlebih dahulu dilanjutkan adiknya (H. Surnita) lalu bapaknya (Abah Sartawi). Dari situlah wiridan simpang siur. Setelah saya (H. Iskandar) terjun ke Al-Hikmah wiridan Al-Hikmah baru dibenahi.


Sumber :
http://www.muninq.com/al-hikmah.pdf

No comments:

Post a Comment